Rabu, 25 November 2009

DREAM BUILDING

Ditulis oleh Admin InovasiFlexter.Com on 17 September 2009

90% sukses ditentukan oleh impian dan sikap..!! Ya, semua member MLM pasti sudah terlalu sering mendengar, terlalu sering mengucapkan. Mungkin sudah bosan juga mendengarkan. Tapi saya tidak pernah bosan membicarakannya. Setiap ada new member atau leader yang banyak mengeluh, selalu saya tanya, apa impian Anda? Jawaban yang saya terima sangat beragam dari yang real dream sangat mengharukan sampai yang drim (jawa : drum minyak tanah), maksudnya impian kosong, Loh kok bisa gitu? Ya, saya sering melihat begitu banyak distributor MLM ketika berhenti, mereka membuang Dream Book mereka. Bukan hanya itu, berbagai bentuk affirmasi juga mereka buang. Bahkan banyak yang malu jika ‘sisa-sisa monumen’ impian mereka terlihat oleh orang lain. Itu bukti bahwa mereka tidak punya impian. Mereka hanya menjalankan formalitas saja sebagaimana yang disarankan oleh Support System.

Banyak member yang mengatakan,”Impian saya ingin membeli mobil BMW sendiri”. Apa salah? Tidak salah. Tetapi pertanyaannya, jika MLM tidak menjanjikan BMW apakah kita tetap punya impian BMW? Jika MLM tidak ada, apakah kita juga memikirkan BMW? Karena datang dari luar, sangat diragukan gagasan BMW adalah impiannya. Sebetulnya dia hanya ingin memiliki BMW, tapi kalau gak dapat juga nggak apa-apa. Sekedar berusaha menangkap peluang yang datang dari luar. Berbeda jika, sebelum mengenal MLM Anda sudah sangat ingin memiliki mobil BMW. Kebetulan dipresentasi lalu join. Ada atau tidak ada MLM, Anda tetap berkomitmen untuk memiliki BMW, itu baru impian.

Saya sering mendengar jawaban-jawaban lain yang setelah saya gali ternyata juga bukan impian. Ada yang bilang begini,”Kalau saya sukses, saya bangun rumah lantai tiga lengkap dengan kolam renang”. Saya tanya, kalau misalnya kolam renangnya tidak kesampaian bagaimana? Kalau ternyata hanya bisa rumah satu lantai bagaimana? Atau kalau tidak kesampaian semua bagaimana? Mengejutkan, jawabnya ternyata,”Ya, nggak papa” dengan emosi yang datar.

Saya tahu bahwa setiap upaya kita harus disertai dengan tawakkal (sikap berserah diri), tetapi saya juga bisa merasakan bedanya emosi tawakkal atau memang karena impiannya bukan hal yang benar-benar penting. Seseorang yang menceritakan real dream pasti disertai emosi yang menyentuh jiwa dan bisa ditangkap oleh hati pendengarnya. Tapi jika bercerita tanpa emosi, dan jika tidak berhasil juga nggak apa-apa, artinya sedang berandai-andai. Sukses atau tidak bukan hal yang sangat penting dan mendesak.

Banyak juga yang mengatakan,”Saya mau sukses”. Kalau saya tanya,”sukses itu bagaimana?” “Masak nggak tahu sukses. Sukses ya sukses”, jawabnya lugas. “Saya pernah tanya adik, pengin jadi apa setelah lulus SMU. Ternyata dia ingin jadi sopir angkot. Sekarang dia sudah sukses jadi sopir angkot”, saya ajak dia membandingkan. “Ya...kita khan lain. Sukses kita harus punya mobil, punya rumah layak dong. Kalau sopir angkot mana bisa”, sergahnya agak panas. “Kalau sukses, apa pentingnya bagi kehidupan kamu”, kejar saya lagi. “Ya... enak aja, gak susah mikirin duit..., bisa jalan-jalan keluar negeri...mmmmm.....”. “Keluar negerinya kemana?”, saya ‘interogasi’ lagi. Nah kena luh...!! Biasanya udah mati kutu, Pikiran sejak zaman primitif punya misi dua hal yaitu mengejar kenikmatan dan menjauhi kepedihan. Karena itu sebuah impian yang kuat biasanya disertai dengan emosi positif.

Emosi positif ini seolah-olah memberikan pesan ke pikiran,”Hai pikiran, kalau kamu bekerja keras dan cerdas mewujudkan impian Tuanmu, dia akan sangat gembira dan bahagia”. Jika tidak disertai dengan emosi, pikiran jadi bingung,”Tuanku ingin rumah, tapi apa betul dia akan bahagia kalau punya rumah?” Pikiran anda tidak akan termotivasi untuk bekerja lebih cerdas membantu Anda.Kadang-kadang saya mendengar impian yang disertai emosi kuat tetapi sayangnya impiannya kabur. Misalnya, “Saya ingin membahagiakan orang tua” dengan nada haru. Saya tanya, membahagiakan orangtua dengan cara apa?. Jawabannya,”Yah, pokoknya saya ingin melihat beliau berdua hidupnya tenang dan berkecukupan”.

Saya kejar lagi,”Maksudnya berkecukupan seperti apa?”. Ya... makanan selalu tersedia, rumahnya layak dan... pokoknya tidak ada masalah deh”. Saya tanya lagi,”Rumah yang layak itu seperti apa?”. Biasanya kalau saya kejar-kejar terus seperti ini akhirnya dia hanya tertawa. Mungkin setiap pertanyaan bisa dijawab, tetapi dari beberapa pertanyaan kita sudah bisa menyimpulkan, impiannya kabur. Alias, nggak punya impian.

Ingat, pikiran Anda tidak akan bekerja cerdas jika Anda belum pernah memperlihatkan gambar impian Anda kepadanya. Pikiran Anda jadi bingung, saya mau kemana? Saya tidak tahu apa yang harus saya kerjakan. Tuan saya tidak pernah memberikan petunjuk, apa yang harus saya wujudkan.
Apakah Anda Memiliki Impian

Begitu banyak leader yang presentasi impian dan sikap, tetapi pada kenyataannya tidak memiliki impian. Bahkan sebagian dari mereka yang telah menuliskannya di daftar impian, ternyata bukan 100 impian, tetapi 100 keinginan. Bagaimana Anda tahu, bahwa Anda betul-betul punya impian?

Pertama, impian datang dari diri Anda sendiri, tidak tergantung ada atau tidak ada MLM.
Tanyakan kepada diri Anda sendiri,”Seandainya tidak ada MLM, apakah saya tetap konsisten memikirkan bagaimana caranya, berjuang dan berani membayar harga untuk mewujudkan impian saya?” MLM adalah kendaraan Anda untuk menuju impian, bukan menentukan kemana arah Anda pergi.

Kedua, impian bisa divisualisasikan begitu jelas sehingga Anda bisa membayangkan dengan terang-benderang setiap detailnya di pikiran Anda. Saya bisa membantu jika Anda mau menjawab pertanyaan berikut. Contoh bagi yang ingin membahagiakan ibunya :
Ibu saya bahagia jika ..... (misalnya : punya rumah layak)
Ibu saya bahagia jika .....
Ibu saya bahagia jika .....
Dst

Sekarang bayangkan rumah yang Anda maksud layak. Apakah di pikiran Anda kelihatan terang-benderang rumah itu? Jika kurang terang bayangkan lampu 1000 watt menyorot rumah Ibu Anda. Berapa luas tanahnya? Berapa luas bangunannya? Pagar depan berwarna apa? Bunga-bunga yang ditanam apa saja? Apakah ada kolam ikannya? Apa warna rumah induk? Pintu dan kusen berwarna apa? Seperti apa lampu gantung di teras?

Sekarang Anda membuka pintu rumah Ibu Anda. Rasakan Anda memegang tangkai pintu dan mendorongnya. Anda lihat dengan jelas ruang tamu, berwarna apa sofanya? Apakah ada bunga di meja? Apakah ada televisi? Sebesar apa TVnya? Apa merk TV? Apakah ada foto wisuda anak-anak Ibu Anda? Seberapa besar ukuran foto itu? Apakah terpasang foto Ibu berdampingan dengan Ayah Anda? Foto yang mana yang terpasang?

Sekarang Anda lihat Ibu Anda berdiri dari kursi malasnya menyambut Anda. Anda lihat senyum bahagia Ibu Anda. Dengarkan langkah kaki Ibu menuju Anda dan rasakan Ibu Anda memeluk erat dan mengelus-elus punggung Anda. Dengarkan isakan lemah Ibu Anda, dengarkan Ibu berbisik,”Ibu bangga punya anak seperti kamu, nak. Semoga Allah membalas semua budimu dan terus membimbing kamu lebih sukses” Sekarang rasakan hangatnya airmata Ibu yang menetes di pundak Anda. Resapi puncak kebahagiaan Anda sekarang. SUKSES Anda telah berhasil membahagiakan Ibu Anda.

Jika Anda bisa melukis, tuangkan impian Anda menjadi lukisan. Jika tidak bisa, Anda bisa mencari gambar rumah yang mendekati Impian Anda. Tempelkan di buku Anda dan tempel di tempat (rumah) yang sering Anda lihat. Dengan demikian, setiap saat imaginasi Anda bekerja memberikan sinyal kepada pikiran untuk membantu kesuksesan Anda.

Ketiga, jika belum tercapai, ada sesuatu yang kosong di hati Anda.
Impian adalah sebuah hasrat yang sedemikian penting dan selaras dengan nilai-nilai kehidupan Anda. Ada sebuah desakan ‘HARUS’ di dada Anda karena terpenuhinya nilai-nilai akan membuat Anda bahagia. Anda tidak mau menundanya dan akan membayar berapapun harganya. Sebelum itu terwujud, Anda akan terus mencoba, mencoba dan mencoba mencari cara-cara baru yang lebih baik jika cara lama tidak efektif.

Keempat, Anda melakukan pengorbanan dengan ikhlas bahkan bahagia saat menempuh kesulitan.
Orang-orang yang memiliki impian nyaris tidak pernah mengeluh. Bayangan impian yang akan terwujud jauh lebih indah, lebih nikmat, lebih membahagiakan. Perasaan itu begitu kuat sehingga rasa sakit pun luntur dengan sendirinya. Mereka sadar, bahwa rasa sakit yang mereka alami tidak sebanding dengan rasa sakit jika mereka tidak mencapai impiannya.

Mengeluh, kecewa dan sedih hanyalah persepsi bukan peristiwa nyata. Itulah sebabnya Arnold dan Silvester ‘Rocky’ rela setiap hari olah tubuh sampai otot-otot terasa ‘sangat sakit’ demi impian mendapatkan bentuk tubuh yang diimpikannya. Tulisan ‘sangat sakit’ saya berikan tanda kutip karena mereka berdua merasakan sebaliknya. Semakin sakit otot mereka, semakin bahagia mereka. Karena mereka berdua tahu, semakin sakit tubuh, semakin dekat dengan impian mereka.

Kelima, Anda menetapkan jangka waktu tertentu
Tetapkan jangka waktu yang membuat antusiasme Anda tumbuh paling besar. Pilihan waktu yang terlalu dekat membuat pikiran kita berpikir mustahil sehingga tidak termotivasi. Demikian juga jika jangka waktu terlalu lama apalagi jika tanpa batasan. Kita menjadi suka menunda hal-hal yang harus dilakukan.

Keenam, Anda meyakini bisa diwujudkan.
Impian yang kuat tidak menimbulkan pertanyaan, “apakah saya bisa mewujudkan?”. Pertanyaan itu tertutup oleh pernyataan yang lebih memberdayakan yaitu,”Saya akan mewujudkannya nanti ....(waktu)...”. Anthony Robbin dalam buku Awaken the Giant, mengatakan,”Ketika menetapkan sasaran pertama kali, tidaklah penting Anda memahami bagaimana tepatnya cara Anda mencapai sasaran”. Dalam bab yang lain beliau mengatakan,” ... Anda hanya membutuhkan keyakinan ‘PASTI BISA’...”

Orang yang memiliki impian tidak peduli, apakah sesuatu yang ingin diwujudkan tersebut tidak masuk akal bagi orang kebanyakan. Albert Einstein mengatakan “ Untuk ide yang nampak waras pada mulanya, tidak ada yang bisa diharapkan”. Kalau begitu, untuk sukses apakah kita harus tidak waras? Ya dan tidak. Bingung khan? Syukurlah saya temukan jawabannya. Logis ternyata berarti pendapat mayoritas atau sesuatu yang dianggap masuk akal oleh kebanyakan orang. Pertanyaannya adalah, mana yang lebih banyak orang sukses atau orang gagal? Lebih banyak orang kaya atau miskin? Kalau tindakan orang sukses adalah tindakan yang dilakukan oleh kebanyakan orang (logis), seharusnya orang sukses lebih banyak donk daripada orang gagal.

Kenyataannya adalah kebanyakan orang-orang sukses telah melakukan hal-hal yang dianggap bodoh oleh rata-rata orang. Ian Wright bersaudara telah membuktikan, dengan keberanian melawan keyakinan 100% manusia di bumi bahwa besi tidak bisa terbang, mereka menjadi orang pertama yang berhasil menciptakan pesawat terbang.

Dalam buku Sukses Spiritual, Vincent MR mengatakan, “Anda akan tahu bahwa Anda sudah berada di jalur yang benar kalau setidaknya 93 persen orang tidak sependapat dengan Anda”. Saya jadi mengerti mengapa Robert Kiyosaki mengatakan, hanya 5% orang di dunia yang pada masa tua hidup dalam kesuksesan dan menjadi rahmat bagi keluarganya. 95% orang rata-rata yang menjalankan kehidupan dengan prinsip “logis” ternyata menjadi beban keluarga di usia senja mereka...

http://www.beestarone.co.cc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar